SPECIAL SHOW: JOHN MAYALL
John Mayall, Shun Kikuta, Kim Mok Kyung, Soulmate, Kara Grainger, BoPoMoFo
Gugun Blues Shelter, Abdee, Sandhy Sondoro, Endah n Rhesa, and many more
JET BLACK LOUNGE : STEP INSIDE THE CIRCUIT KEMBALI DIGELAR |
The Formula 1 Grande Premo Petrobas, Do Brazil 2011 yang akan diselenggarakan di Sao Paulo, Brazil akan menjadi inspirasi utama dari Jet Black Lounge Step Inside The Circuit yang akan diadakan pada tangal 25 November 2011. Acara yang hanya dapat dihadiri oleh para undangan saja ini akan menyajikan parade samba yang luar biasa dan yang sangat menarik perhatian adalah para tamu undangan memakai topeng yang disediakan secara eksklusif oleh Jet Black Lounge ini menjadikan suatu hiburan tersendiri dalam pesta ini. Acara serupa yang pernah diadakan pada tanggal 16 April 2011 di AutoMall, Jakarta ini akan menampilkan para penghibur berkelas lokal dan internasional seperti DJ Hogi, DJ Cream, DJ Patricia dan AudioKillers dari Los Angeles, Amerika Serikat untuk membuat para undangan berdansa semalaman.
Jet Black Lounge sendiri adalah sebuah partisipasi nyata JOHNNIE WALKER® pada skala internasional dalam bentuk pesta ekslusif yang juga diselenggarakan di berbagai negara di Asia Tenggara seperti Singapura dan Malaysia. Jet Black Lounge akan menginspirasi mereka dengan cerita terbaiknya, melibatkan kecerdasan dan menunjukkan apresiasi kepada mereka melalui pengalaman tak ternilai yang memberikan inspirasi akan konsep perkembangan pribadi.
Untuk tetap menjaga unsur kemewahan di dalamnya, Jet Black Lounge Step Inside The Circuit kali ini tetap akan dihadiri oleh orang-orang terkemuka dan sosialita di Jakarta. Mulai dari pemilihan tamu hingga pengiriman undangan yang sangat personal, dress code, pemilihan lokasi dan pengisi acara, JOHNNIE WALKER® secara keseluruhan ingin menampilkan kemisteriannya dan tingkat kepribadian yang menawan. Untuk meningkatkan keekslusifan acara. JOHNNIE WALKER® juga akan menampilkan bartender berkelas Internasional yang akan menyajikan koktil mewah ala JOHNNIE WALKER®, yang terinspirasi dari dunia F1 seperti JOHNNIE WALKER® Paddock Club, JOHNNIE WALKER® Pit Stop, dan JOHNNIE WALKER® Sour.
Tetap mengedepankan komitmen akan personalitas dan eksklusifitas, lokasi pesta Jet Black Lounge Step Inside The Circuit hanya akan diungkapkan kepada mereka yang mendapatkan undangan. Dan bila Anda menerima undangan dari JOHNNIE WALKER® Jet Black Lounge Step Inside The Circuit, selamat! Berarti Anda telah menjadi bagian dari dunia ini, dunia Formula Satu. Tidak hanya sampai disitu, JOHNNIE WALKER® juga memberikan kesempatan kepada loyal fansnya untuk bisa datang dan menikmati pengalaman berharga pesta ini dengan mengunjungi Facebook Fan Page JOHNNIE WALKER® Indonesia di www.facebook.com/pages/JW.Indonesia. Untuk mereka yang berusia 21 tahun keatas dapat berpartisipasi pada kompetisi online dengan memilih koktil mana yang paling ingin disajikan pada pesta tersebut, dan pemenang yang beruntung diundang sebagai tamu di acara Jet Black Lounge Step Inside The Circuit.
Sumber : Jakarta Concert
|
GUINNESS ARTHUR'S DAY 2011 |
The Script (foto: The Script's MySpace )
GUINNESS, STOUT DENGAN PENJUALAN TERBAIK DI DUNIA MERAYAKAN ACARA TAHUNAN KE-3 GLOBAL ARTHUR’S DAY 2011
Pada tanggal 22 September 2011, Guinness Arthur's Day™ akan diluncurkan di Irlandia pada pukul 17:59 (GMT) dan akan dirayakan secara serempak di seluruh dunia oleh penyuka GUINNESS® dengan cara mengangkat gelas dan bersulang “To Arthur”, hal ini akan menjadi permulaan dari pagelaran musik yang diadakan diseluruh dunia.
Jakarta, 22 September 2011 - GUINNESS®, bir stout dengan penjualan terbaik di dunia, hari ini merayakan merayakan ritual bersulang menjadi simbol peluncuran Guinness Arthur's Day™ yang berlangsung di seluruh dunia, dimulai dari Dublin, Irlandia. Pada saat jam menunjukan pukul 17:59 di seluruh dunia, negara lain termasuk Itali, Jerman, Perancis, Spanyol, Kepulauan Karibia, Malaysia, Indonesia, Australia, Jepang, Singapur, Hong Kong dan Korea Selatan akan ikut merayakannya. Di Irlandia, perayaan ini sudah berkembang dan melibatkan empat kota lain yaitu Dublin, Cork, Limerick dan Belfast di Northern Ireland dan perayaan ini berlangsung di seluruh dunia untuk menghormati kehidupan yang luar biasa dan warisan Arthur Guinness – dermawan yang legendaries dan pria di balik merek GUINNESS®. Pada tahun tahun ini, akan ada 46 artis internasional termasuk Kelis, Paulo Nutini, Scissor Sister, Stereophonics, Aloe Blacc, Calvin Harris dan Ed Sheeran yang memeriahkan perayaan Guinness Arthur’s Day di seluruh dunia.
John Galvin, sebagai perwakilan GUINNESS® Indonesia, mengatakan “Kita berkumpul pada hari ini untuk berbaur dengan dunia saat mereka mengangkat gelas dan melakukan ‘bersulang untuk Arthur’ – Terima kasih kepada Arthur, semua orang dimana pun mereka berada sudah menikmati stout yang paling terkenal di dunia untuk lebih dari 250 tahun. Jadi di setiap tahunnya, kami merayakan hidup dan warisan dari Arthur Guinness dan tradisi saat mendukung karya besar dari Arthur Guinness Fund.”
Di Indonesia sendiri Arthur’s Day telah memasuki tahun kedua nya, lebih dari 2,500 lembar tiket konser Guinness Arthur’s Day telah terjual di Jakarta, Medan, Surabaya dan Makassar hanya dalam waktu 1 bulan saja. Sebagai artis pembuka dari The Script dan Mr. Big akan tampil band lokal pilihan seperti Gugun Blues Shelter, Mike’s Apartment, /rif dan Netral. Herman Sulina, sebagai Pimpinan Marketing PT. Dima Indonesia, mengatakan “Merupakan kegembiraan besar bagi kami untuk merayakan Arthur’s Day di Indonesia. Kami juga sangat senang karena tiket terjual seperti ‘hot pancakes’! Perayaan Arthur’s Day ini juga akan dirasakan di beberapa outlet terpilih di seluruh Indonesia dari sekarang sampai tanggal 12 November dimana konsumen dapat menikmati Guinness saat menikmati rangkaian acara musik.” Perayaan tahunan Arthur’s Day™ secara langsung memberikan manfaat kepada Arthur Guinness Fund™, mengidentifikasikan dan mendukung pengusaha sosial dengan tujuan untuk membuat perubahan positif di komunitas mereka seperti membantu keluarga yang kekurangan di Eropa, atau mengurangi zat pembuangan yang berbahaya di daerah yang buruk di Afrika. Tujuan dari penggalangan dana ini adalah untuk menciptakan gerakan mandiri untuk akar dari kepengusahaan sosial di dalam pasar dimana GUINNESS® beroperasi dan menginspirasi generasi yang berpotensi untuk menjadi penggagas perubahan. Di Indonesia, Arthur Guinness Fund bekerjasama sebagai rekan kerja dengan British Council Indonesia menyelenggarakan Community Entrepreneurs Challenge untuk mengidentifikasi dan menginsentif pengusaha sosial dengan kemampuan dan dukungan yang dibutuhkan untuk dapat menyampaikan perubahan transformasional yang dapat diukur untuk komunitas di seluruh dunia: Doing good business by Doing Good. Hari ini dengan bangga kami mengumumkan enam pengusaha sosial yang akan diberikan penghargaan berupa dana sebesar Rp. 600.000.000 dari Arthur Guinness Fund di tahun 2011. Enam pemenang Arthur Guinness Fund pada tahun kedua ini adalah Nuraeni – Makassar, Sri Wahyuning – Jawa Tengah, Abdul Rahman – Sulawesi Tenggara, Sutrisno – Sumatera Utara, Eko Istiyanto - Jawa Tengah, dan Albertus Aryanto Nugroho – Yogyakarta. Untuk penggemar yang tidak dapat datang ke perayaan di negara mereka masing-masing, akan diundang untuk mengikuti seluruh kegiatan Arthur's Day™ di Facebook page GUINNESS, www.facebook.com/guinness. Perayaan Arthur's Day™ memberikan manfaat langsung untuk Arthur Guinness Fund™ (AGF). Tujuan dari penggalangan dana ini adalah untuk mengidentifikasi dan mendukung pengusaha social secara global denga keahlian dan dukungan yang dibutuhkan untuk dapat menyampaikan perubahan transformasional yang dapat diukur untuk komunitas di seluruh dunia. Untuk informasi lebih lanjut mengenai Arthur's Day™ mohon kunjungiwww.facebook.com/guinness atau www.guinness.com. Sedangkan untuk informasi mengenai Arthur Guinness Fund™ dapat dilihat diwww.guinnessforgood.com
Sumber : Jakarta Concert
|
Ditengah gempuran berbagai jenis musik komersial, Viky tetap tenang dan berjuang lewat jalur World Music.
Lewat album anyarnya, ‘Indonesian Beauty’, ia ingin sekali lagi membuktikan, bahwa musik tradisional Indonesia tidak kampungan, enak didengar oleh semua kalangan dan mampu menjadi musik yang mendunia.
BEBERAPA tahun silam, setelah Viky Sianipar melepas album ‘Toba Dream’, masyarakat Indonesia menampakkan beragam reaksi. Banyak yang senang dan kagum, tapi tidak sedikit juga yang mengkritiknya sebagai perusak lagu Batak.
Yang terakhir ini justru datang dari etnis Batak sendiri. Sontak Viky sempat merasa tertekan dan stress. “Seperti baru bangun tidur, langsung dibenci semua orang. Baru bikin album, rasanya orang di sekeliling langsung benci. Gimana nggak stress?” ujarnya.
Beruntung penggemar David Foster, The Beatles, dan Anggun ini memiliki keluarga yang menyokongnya secara penuh. “Selain keluarga, dukungan juga datang dari sahabat, musisi-musisi nasional, dan komunitas world music,” paparnya.
Setelah itu, ia kembali bersemangat mengejar cita-citanya mengangkat musik tradisional. Salah satu cita-cita besar yang akhirnya tercapai adalah lahirnya album ‘Indonesian Beauty’ yang launching pada Juli lalu.
Acara yang juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 30 itu digelar di markasnya, Viky Sianipar Music Center, Jl. Minangkabau, Jakarta Selatan.
Di album ini, Viky meluaskan nuansa musiknya ke etnis Indonesia lainnya. Untuk itu ia berkolaborasi dengan musisi-musisi dari berbagai etnis lain, seperti Sujiwo Tejo, Kiki Dudung, Korem Sihombing, Johannes Limbeng, atau Asep B.P Natamihardja.
Juga terlibat Phillipe Ciminato, musisi asal Prancis yang amat mencintai musik tradisional Indonesia. Hasilnya, adalah lagu ‘Es Lilin’, ‘Sing Sing So’, ‘Ngarep Gestung Api Bas Lau’, ‘Gondrang’, ‘Dara Muluk’, ‘Mardalan Ahu’, ‘Horas Banyuwangi’, ‘Bubuy Bulan’, dan ‘Indonesia Pusaka’.
Sebagai music director, Viky juga selektif dalam memilih vokalis. Akhirnya terpilihlah beberapa nama yang disesuaikan dengan karakter lagu masing-masing. Yaitu Lea Simanjuntak, Tio Fanta Pinem, Sujiwo Tejo, Ani Sukmawati, dan Korem Sihombing.
Ani Sukmawati dipercaya membawakan single pertama yaitu ‘Es Lilin’. Ani ditemukan melalui jaringan seniman, dianggap sebagai sosok paling ideal untuk membawakan lagu Jawa Barat.
Sedangkan Tio Fanta Pinem, menurut Viky merupakan diva dari tanah Karo yang sukar dicari tandingannya. “Karakter suaranya unik dan susah, saya memang ingin ia yang menyanyikan lagu ‘Ngarep Gestung Api Baslau’,” paparnya.
Lea Simanjuntak yang terpilih menyanyikan lagi ‘Sing Sing So’ menurut Viky memiliki skill dahsyat dan tiada duanya. “Karakter suaranya sangat cocok dengan jenis musik ini,” tambahnya.
Lagu ‘Bubuy Bulan’ dinyanyikan Deasy Puspitasari, yang tidak lain adalah istrinya sendiri. “Jadi waktu menikah dulu, kami membuat souvenir CD lagu yang isinya lagu ‘Bubuy Bulan’ itu. Setelah itu, saya berfikir, asyik juga kalau lagu itu dimasukkan juga dalam album ini,” paparnya.
Viky mengakui banyak menemui kesulitan dalam menentukan vokalis. “Attitude dan disiplin itu penting, kalau nggak bisa diajak kerja sama ya susah juga,” paparnya.
Sesuai cita-citanya, judul album ‘Indonesian Beauty’ memang bertujuan menonjolkan keindahan musik tradisional Indonesia yang sangat kaya. Selain itu ‘Indonesian Beauty’ juga memiliki tujuan moral. Agar masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda mulai memperhatikan dan mencintai nilai-nilai luar biasa yang terpendam dalam musik tradisional Indonesia.
“Pada intinya saya ingin memajukan musik-musik tradisional Indonesia. Saya ingin menunjukkan kalau musik tradisional itu nggak kampungan, bisa diterima di kalangan anak muda. Kalau nggak ada anak muda yang suka dari sekarang, 30 tahun lagi punah. Memang kedengarannya muluk-muluk ya buat anak gaul. Tapi kalau nggak didengar dulu ya nggak tahu,” jelasnya.
Sisi komersial juga pasti tidak luput dari perhatian. Karena itu Viky tetap mengemas musiknya secara sederhana dan easy listening. “Mungkin 50 persen isi album ini chord-nya nggak ribet. Makanya saya juga mengambil lagu-lagu tradisional yang memang sudah terkenal,” ungkapnya.
Menyelaraskan musik tradisional dengan musik modern
Menyelaraskan musik tradisional dengan musik modern diakuinya teramat sukar. “Terutama Jawa, lamanya itu teknis tuning gamelan. Ada alat musik namanya saron, itu susah banget tuningnya. Jadi lebih kepada teknis aransemen dan recording,” tuturnya.
Lagu pertama ia coba eksperimen adalah ‘Horas Banyuwangi’. “Itu sampai tiga bulan, bongkar pasang, nggak jadi-jadi. Awalnya saya pikir seru banget, Batak ketemu Banyuwangi.
Ternyata, teknisnya aduh.., sampai sekarang masih revisi mixing, akhirnya baru semalam dapatnya,” akunya. Jika ketemu lelahnya, ia sempat berfikir untuk tidak mau lagi membuat lagu Jawa. “Kapok deh nggak mau buat lagi,” candanya sambil tertawa.
Otomatis ia juga secara intensif memperdalam kesenian Jawa dan Sunda. “Saya pasti mengajak musisi lokal, dan rajin eksperimen, kalau nggak ya kesasar,” ujarnya.
Selepas single ‘Es Lilin’ dan ‘Ngarep Gestung Api Baslau’ yang video klipnya terlebih dahulu selesai dibuat, Viky merencanakan akan menggarap video klip ‘Gondrang’, ‘Bubuy Bulan’ dan ‘Sing Sing So’. Materi album ‘Indonesian Beauty’ini menurut Viky sudah dicicil sejak jauh hari. “Tapi kalau yang serius banget, nggak mikir yang lain kecuali ini, ya mulai Maret lalu,” paparnya.
Penggemar buku Harry Potter ini juga menceritakan beberapa keunikan. Menurutnya semua alat musik Batak, pada awalnya diciptakan untuk ritual. Karena itu banyak orang tua yang kaget melihatnya main gondang, alat musik tradisional Batak.
“Percaya nggak percaya, tapi memang mistisnya kuat. Kalau nggak cocok sama alat musiknya, kadang-kadang suka ngantuk, atau marah-marah sendiri,”ungkapnya. Proses recording juga unik.
Ia menuturkan jika guide musik dari vokalis pada saat menyanyi pertama kali lebih terpakai ketimbang take ulang soul-nya terasa beda.
Mengenai kritik dan dukungan, ia menyatakan jika membuat sesuatu yang baru itu pasti ada pro dan kontra. “Apalagi saya mengaransemen lagu Batak. Pastilah ada yang nggak setuju, terutama yang sudah berumur (generasi tua –red).
Mungkin karena begini, orang Batak itu banyak yang merantau. Karena mereka sadar kalau stay di sana, nggak akan maju. Namanya perantau, pasti banyak yang homesick. Musik
Jadi inginnya dengar lagu yang waktu zaman dulu di kampung. Harus persis sama, jangan dianeh-anehin. Sejelek apapun itu, pasti terasa enak, karena mengingatkan tentang kampung halamannya.
Giliran sudah mendengar yang diaransemen ulang, dia dengan cepat berfikir sudah nggak enak lagi. Maka terceploslah istilah merusak lagu Batak itu,” ungkapnya.
Seorang arranger lagu-lagu Batak yang sudah sangat berpengalaman pernah datang ke tempatnya. Setelah saling tukar fikiran, ia akhirnya memahami kalau Viky sebenarnya bukan merusak lagu Batak seperti yang sering diperbincangkan komunitas penyanyi Batak.
Berlawanan dengan itu, tanggapan etnis Sunda justru merasa respek dengan single ‘Es Lilin’. “Saya sangat menghargai semua pendapat, itu membuat saya lebih baik,” tutur musisi yang telah menghasilkan album ‘Toba Dream 1’, ‘Toba Dream 2’, ‘Nommensen’, dan ‘Hatahon Ma’ ini.
World Music
Warna musik yang ditampilkan Viky Sianipar baik dalam pagelaran maupun rekaman, adalah jenis musik yang lazim disebut World Music atau New Age. World Music adalah musik etnik tradisional yang bergandengan dengan musik modern.
Dunia mengenal Enigma, Enya, Kitaro, dan Sergio Mendez, sebagai musisi yang menekuni jenis musik ini. Mendengarkan musik Viky Sianipar seakan menyadarkan bahwa musik tradisional juga ternyata sangat nikmat untuk didengarkan.
Viky Sianipar, lahir di Jakarta, 26 Juni 1976, anak bungsu dari Monang Sianipar dan Elly Rosalina Kusuma. Viky mempunyai tiga saudara, Sahat Sianipar, Bismark Sianipar, dan Tria Sianipar. Setelah tamat sekolah, atas anjuran orang tuanya, Viky langsung bekerja di perusahaan orang tuanya.
Namun menyadari obsesinya terhadap dunia musik, orang tua dan seluruh keluarga merelakannya untuk menekuni bidang musik yang diimpikannya. Sejak tahun 2002, Viky sepenuhnya mengabdikan hidupnya di dunia musik.
Viky Sianipar memulai pendidikan musik klasik pada tahun 1982 di Yayasan Pendidikan Musik (YPM). Pada tahun 1990 Viky mengambil kursus piano jazz di sekolah musik Farabi selama satu tahun.
Pada tahun 1995, Viky berangkat ke San Francisco untuk memperdalam bahasa Inggris. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Viky mengikuti kursus gitar blues. Dalam masa itu, ia sempat berguru kepada George Cole, seorang gitaris kenamaan, yang murid Joe Satriani.
Viky dilahirkan sebagai seorang musisi berbakat yang banyak belajar secara otodidak. Dimulai dari belajar piano, kibor, gitar, sampai beragam jenis alat musik tradisional Batak. Dengan ketekunan yang luar biasa, ia terus menerus mempelajari jiwa dari alat musik tradisional Batak.
Tahun 1997, ia bersama grup MSA Band melanglang buana dari satu cafe ke cafe lainnya. Setelah tiga tahun, MSA Band berhasil menelurkan album ‘Melangkah di Atas Pelangi’ di bawah label Universal Music. Setelah MSA Band bubar pada awal tahun 2002, Viky mulai memperdalam musik Batak. Untuk itu, ia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk ‘bertapa’ di Danau Toba.
Di sekitar danau kebanggaan Indonesia ini, ia mencoba menghayati keindahan alam dan suasana damai yang menyeruak. Juga kehidupan sehari-hari masyarakat, serta kekayaan seni musik yang luar biasa dari beragam etnis Batak. Dari sana ia sangat terinspirasi untuk mengemas ulang lagu tradisional Batak menjadi sebuah musik yang mendunia. Musik
Sepulangnya dari Danau Toba, Viky telah siap dengan konsep dan jiwa baru dari musik Batak. Ia lalu berkolaborasi dengan beberapa musisi tradisional Batak yang telah terkenal.
Pada 26 September 2002, ia berkesempatan mengenalkan musiknya pada masyarakat lewat konser ‘Save Lake Toba’ di Puri Agung, Sahid Jaya Hotel. Bulan Juli 2003, ia mendapat kehormatan membuat musik dan aransemen Mars Pemilu 2004.
Usai sukses menghasilkan ‘Indonesian Beauty’, Viky kini mulai merakit ambisinya untuk masa mendatang. Pecinta film, arsitektur dan traveling ini ingin segera meluncurkan ‘Toba Dream 3’, disambung dengan ‘Indonesian Beauty 2’. “Yang sudah ada di benak, Kalimantan, Ambon, dan Papua,” ujarnya.
Karena itu tidak heran jika Sujiwo Tejo menegaskan betapa beruntungnya bangsa Indonesia memiliki orang seperti Viky. “Disaat kita sudah tidak punya kebanggaan apa-apa lagi, Viky membuat kita bangga menjadi orang Indonesia,” seru seniman serba bisa tersebut.
Bella Saphira, teman dekat Viky juga menuturkan kalau sahabatnya tersebut merupakan talenta musik luar biasa. “Dia bisa mengakomodasi semua keinginanku dalam aransemen lagu, tanpa harus panjang berkata-kata,” ujar artis dan penyanyi bermata indah tersebut. FAISAL
Diskografi
Toba Dream (2002)
Toba Dream II (2003) - Didia Ho
Nommensen (2004) feat. Tongam Sirait
Datanglah KerajaanMu (2005) (Album Rohani - feat. SMB Vocal Contest 2005) Jakarta Finalists
Viky Sianipar feat. Dipo Pardede
Indonesian Beauty (2006)
Videografi
Viky Sianipar feat. Dipo Pardede Hatahonma
Tongging Hill
Piso Surit
Beta Hita
Es Lilin
Ngarep Gestung Api Baslau
Sumber : Popular
Di saat dunia musik begitu nge-trend dengan lagu-lagu mainstream beraliran pop-rock, Arctic Monkeys muncul dengan gebrakan baru. Band yang dibentuk pada tahun 2002 di Sheffield, Inggris ini digawangi oleh Alex Turner (vocal/lead guitar), Jamie Cook (guitar), Nick O’ Malley (bass) dan Matt Helders (drum). Mereka berhasil memberikan warna baru di industri musik internasional. Arctic Monkeys yang mengusung aliran alternative rock dan cenderung bergaya psychedelic ini membuat musik mereka digandrungi layaknya candu bagi muda-mudi di Inggris sana. Penulis Simon Harper, menyatakan bahwa band ini telah “benar-benar menantang setiap harapan atau praduga untuk mengeksplorasi kedalaman pencapaian mereka saat menginjakkan kaki di luar gaya mereka diterima.” Berawal dari band Indie, mereka masuk dan menghancur leburkan konsep kehidupan mainstream disana saat itu. Lagu-lagu mereka yang begitu unik disertai lirik yang cerdas berbalut aransemen yang tidak biasa.
Pada awalnya,mereka adalah band yang terbentuk dari SMA. Arctic Monkeys berlatih band di Yellow Arch Studios, Neepsend, dan memulai pertunjukkan pertama mereka pada 13 Juni 2003 di The Grapes, Sheffield. Band ini merekam demo di 2fly Studios, Sheffield. 17 lagu yang masuk demo itu sekarang lebih dikenal dengan album “Beneath the Broadwalk”. Mereka melakukan pelbagai gigs dan mulai mendapatkan atensi dari hal itu.
Whatever People Say I Am, That’s What I’m Not (2006)
Artic Monkeys merekam album debut mereka di Chapel Studios, Lincolnshire. Single pertama mereka I Bet You Look Good On the Dancefloor langsung nongkrong menjadi no. 1 di UK Singles Chart. Penjualan albumnya memecahkan rekor sebagai penjualan yang tercepat di Inggris pada saat itu. Mencapai 363.735 copy dalam minggu pertama di Inggris. Dan penjualan tercepat di Amerika untuk kategori Indie Rock. Majalah NME menyatakan bahwa debut album Arctic Monkeys ini masuk dalam “5th Greatest Album of All Time”.
Favourite Worst Nightmare (2007)
Album yang jaraknya begitu dekat dengan album terdahulu ini menyisakan kisah sedih. Bahwa sebelum album ini dirilis, sang bassist, Andy Nicholson menyatakan keinginannya untuk pergi dari band ini. Posisinya pun akhirnya digantikan oleh Nick O’Malley sampai sekarang. Sejarah baru mucul dalam album yang terdengar makin keras dan lugas ini. Pada 29 April 2007, 12 lagu mereka di album ini masuk Top 200 di UK Singles Chart. Album ini juga mendapatkan banyak penghargaan dari ajang-ajang musik bergengsi seperti Music Awards PLUG Independent, NME Awards dan Brit Awards. Mereka pun memainkan pertunjukan mereka pada tur di Manchester Apollo yang kemudian difilmkan dalam bentuk DVD live At The Apollo.
Humbug (2009)
Album ini terasa lebih kelam dibanding album-album Arctic Monkeys sebelumnya. Setelah Alex Turner, vokalis sekaligus frontman band ini menyelesaikan proyek sampingannya dengan Miles Kane yang bertajuk The Last Shadow Puppets, ia langsung banting setir ke asal muasalnya dan memberikan materi-materi anyar untuk album ini. Lagu-lagu mereka seperti Crying Lightning, Cornerstone dan My Propeller terasa begitu berat untuk dicerna telinga namun lagi-lagi berhasil masuk dalam toplist musik terkemuka di Inggris.
Suck It And See (2011)
Direkam di Los Angeles, Amerika Serikat, album ini dirilis 6 Juni 2011 yang lalu. Di album terbaru mereka ini, Arctic Monkeys memberitahukan kepada para penggemar mereka bahwa seluruh fans bisa mendengarkan lagu-lagunya di situs web sebelum memutuskan untuk membeli albumnya atau tidak. Tragedi kerusuhan di London membuat sebagian besar industri di Inggris hancur, begitu pula dengan industri musik. Imbasnya, Arctic Monkeys pun terkena musibah tersebut. Tak mau ambil pusing, Juli yang lalu band ini merilis E.P. live mereka dan menggelar pertunjukan di iTunes Festival London.
Ada fakta lucu dari band ini. Sewaktu mereka mulai mendapatkan banyak fans, situs Myspace milik Arctic Monkeys ini ternyata dibuat oleh para penggemar mereka sendiri. Bahkan mereka tidak menyadari adanya situs Myspace tersebut. Hehe. Band ini terkenal karena Do It Yourself-nya. Walaupun mereka mendapatkan kontrak rekaman dengan Domino Records di awal-awal masa karirnya, Arctic Monkeys tetap melakukan penjualan dengan cara kemandirian mereka. Lirik absurd mereka membuat band ini terlihat unik dan berbeda dari yang lain. Perlahan tapi pasti, Arctic Monkeys tidak hanya akan menginvasi Inggris dan Amerika, tapi dunia. The music need inspiration from you, guys!
Sumber: Wikipedia
cekidot on there : http://arcticmonkeys.com/
White Shoes & The Couples Company ARE:
Aprilia Apsari : VOCAL, FINGER SNAPS
Rio Farabi : ACCOUSTIC GUITAR, VOCAL
Saleh Husein : ELECTRIC GUITAR, VOCAL
Ricky Surya Virgana : KONTRA BASS, CELLO, BASS, VOCAL
Aprimela Prawidyanti : PIANO, VIOLA, SYNTH, KEYBOARDS, VOCAL
John Navid : DRUMS, VIBES
lebih lengkap kunjungi http://whiteshoesandthecouplescompany.org/web/
White Shoes & The Couples Company adalah sebuah kelompok musik yang membawakan musik Pop Indonesia. Musiknya banyak dipengaruhi oleh lagu-lagu dalam soundtrack filmclassic jazzclassic strings arrangements yang dibubuhi oleh irama retro disco, easy listening acoustic ballads dan sedikit sentuhan nada dari keyboard mainan anak-anak keluaran akhir tahun 70-an. Indonesia tahun 70-an, dan terinspirasi dengan semangat akustik para musisi tahun 30-an. Ditambah dengan
White Shoes & The Couples Company terbentuk pada tahun 2002 disebuah kampus kesenian dibilangan Jakarta Pusat. Dua mahasiswa Seni Rupa, Aprilia Apsari (Sari) & Yusmario Farabi (Rio), yang sedang menjalin hubungan asmara memutuskan untuk membuat sebuah grup musik, dengan mengajak teman dekat satu fakultas mereka yang bernama Saleh. Maka terbentuklah formasi pertama grup musik White Shoes & The Couples Company. Sari pada posisi vokal & violin, Rio pada posisi gitar rythm serta Saleh pada posisi gitar melodi. Atas dasar kebutuhan, kemudian Sari & Rio mengajak sepasang suami istri dari fakultas musik, Ricky pada posisi Bass & Cello serta Mela pada posisi Keyboard, Piano & Viola. Terakhir Ricky mengusulkan untuk merekrut kenalannya, John Navid yang juga dari fakultas musik menduduki posisi drummer.
White Shoes & The Couples Company kemudian merilis debut albumnya pada tahun 2005 lewat label Aksara Records dan didistribusikan oleh Universal Music Indonesia. Selain itu White Shoes & The Couples Company juga turut mengisi album soundtrack film “Janji Joni” dan “Berbagi Suami” produksi Kalyana Shira Films.
Setelah sukses dengan album perdananya, White Shoes & The Couples Company memproduksi mini album (EP) berjudul ”Skenario Masa Muda” yang dirilis oleh Aksara Records pada bulan September 2007. Mini album kali ini berjalan berkesinambungan dengan pergerakan melestarikan filem Indonesia masa lalu yang bekerjasama dengan Kineforum(Komite Film Dewan Kesenian Jakarta) dan Pusat Arsip Film Sinematek Indonesia.
White Shoes & The Couples Company juga telah menandatangani kontrak dengan Minty Fresh Records, sebuah label rekaman yang berasal dari Chicago, Amerika Serikat.
Sebelumnya, di bulan Januari 2007, pihak Minty Fresh Records bertemu dengan Aksara Records, yang kemudian sepakat memberikan lisensi kepada Minty Fresh untuk merilis album pertama White Shoes & The Couples Company.
Pada bulan September 2007 lalu, Minty Fresh Records merilis album pertama White Shoes & The Couples Company di lima wilayah yaitu Amerika Serikat, Mexico, Kanada, Australia dan Jepang. Dalam album rilisan Minty Fresh ini, White Shoes & The Couples Company menambahkan 2 bonus lagu yaitu Kapiten & Gadis Desa, dan Sabda Alam.
Artis-artis yang tergabung dalam Minty Fresh antara lain The Cardigans, Tahiti 80, Veruca Salt, Liz Phair, The Legendary Jim Ruiz Group, Kahimi Karie, Komeda, Ivy, The Poems, dan Prototypes.
photo (above): Anggun Priambodo
Artist | : Ungu |
Title | : Laguku |
Album | : Laguku (2002) |
Genre | : Pop Alternative |
Date Added | : Sat, 23 August 2008 - 04:21:14 |