Heartbreak Station merupakan program musik pertama di Indonesia yang menyajikan konser musik di internet. Website yang diakses di lamanwww.heartbreakstation.tv ini menampilkan sejumlah showcase dari beberapa grup band indie diantaranya RNRM, Bottlesmoker, 70’s Orgasm Club, Space and Missile, dan Speaker First.
Rencananya setiap dua bulan sekali mereka menggelar konser kecil dan bakal melibatkan banyak band-band di Indonesia untuk bisa ditayangkan di laman situs mereka.
“Ide awalnya karena kami semua menyukai dokumentasi konser musik. Selama ini program musik banyak didominasi oleh televisi. Tidak semua band, terutama band indie, punya kesempatan tampil di televisi. Lagian sekarang kan zamannya internet, kenapa tidak menampilkan konser musik lewat media internet,” ujar sutradara Heartbreak Station Punjung Wratsongko.
“Kami hanya ingin mendokumentasikan dan menawarkan band-band berkualitas yang tidak memiliki akses untuk tampil di televisi,” lanjutnya.
Persoalan dominasi media televisi di ranah industri musik Indonesia memang pelik. Persoalan sulitnya akses dan kurang pedulinya tayangan televisi yang masih berorientasi pasar dan rating menjadi persoalan hingga kurang beragamnya program musik di televisi.
Berawal dari ketiadaan media yang mendukung perkembangan scene musik di Indonesia, Heartbreak Station berdiri sejak November 2011 dan digagas oleh lima orang scenester Bandung yaitu Punjung Wratsongko (sutradara), Meggie Mayz (show director), Indra “Boxy” Kristiana (editor), Hazawude (sound director), dan Aditya Bagja (promosi dan publikasi).
Kelima orang dari berbagai disiplin yang berbeda, mulai dari musisi hingga sutradara, memiliki visi yang sama tentang peran media alternatif untuk menawarkan keberagaman musik di tengah hegemoni media televisi.
“Setelah MTV Indonesia tidak jelas nasibnya, tidak ada lagi tayangan yang baik bagi musik Indonesia. Yah, harapan kami sih Heartbreak Station ini seolah kayak pertunjukan From The Basement yang digagas Nigel Godrich,” ujar Aditya Bagja yang juga pemain bass The S.I.G.I.T. ini.
From The Basement merupakan tayangan konser di internet yang menampilkan sejumlah musisi berkualitas seperti Radiohead, Jose Gonzalez, Albert Hammond Jr.,The Dead Weather dan masih banyak lagi.
Heartbreak Station pertama kali menggelar showcase mereka pada 23 November 2011 yang menampilkan RNRM dan Bottlesmoker di Swarga Caf Bandung. Dan showcase kedua pada 23 Desember 2011 Yang menampilkan 70’s Orgasm Club, Space and Missile, dan Speaker First di kafe Sapu Lidi Bandung.
Konser kecil Heartbreak itu mereka bikin setiap dua bulan sekali dan memanfaatkan ruang publik seperti kafe untuk memperkenalkan musisi tersebut kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu, tayangan konser itu bisa diakses di situs mereka dengan kualitas tontonan berkelas.
“Kayaknya di era sekarang ini, terutama di kota besar, semua orang memiliki akses pada internet. Mereka bisa menonton show itu dengan kualitas internasional. Karena kami menggarap serius show-show tersebut,” papar Punjung.
Menurut Adit, tak ada kategori khusus untuk pemilihan band yang tampil di Heartbreak Stasiun. “Semua band memiliki kesempatan sama. Yang penting, musiknya keren dan jujur terhadap diri mereka sendiri. Semua tampil live alakadarnya, musisi menampilkan musikalitasnya di depan kamera, nggak ada lip sync sama sekali,” ujarnya.
Dalam laman situs Heartbreak Station dibagi dalam dua kanal. Kanal pertama (bagian atas) merupakan tayangan konser dari show yang sudah digelar. Sedangkan kanal kedua (bagian bawah) menayangkan sejumlah program TV magazine seperti wawancara, dokumenter, dan video klip. Semua tayangan itu bisa diakses oleh siapapun secara gratis.
Persoalan konsistensi untuk memberikan informasi dan tayangan konser kepada publik memang menjadi satu hal yang menjadi permasalahan di tengah kondisi hegemoni media televisi di Indonesia. Namun, optimisme mereka untuk menunjukkan musik-musik berkualitas pada industri musik Indonesia menjadi motivasi besar yang menggelayut dalam dada mereka. Yang ingin mereka lakukan hanya sederhana saja, mendukung band-band yang tidak memiliki akses pada televisi dan menjadi barometer penting bagi keberagaman bermusik di Indonesia.
“Kami hanya ingin menjadi tontonan alternatif, selain televisi,” ujar Punjung.
Sumber : Rolling Stone
0 comments:
Posting Komentar