The Rain mengungkapkan kepada Rolling Stone pada Jumat (30/3) lalu, bahwa gempuran boyband dan girlband yang kerap tampil di media yang selalu men-dewa-kan rating saat ini, bukanlah alasan untuk tidak merilis album studio terbaru mereka, Jingga Senja dan Deru Hujan, pada Maret lalu.
Para personel The Rain bercerita mengapa mereka merekam kembali lagu lawas “Sepanjang Jalan Kenangan” di album terbaru, sampai bagaimana pengalaman menarik mereka dengan hujan.Setelah biasanya mengeluarkan album setiap dua tahun sekali, kenapa album Jingga Senja dan Deru Hujan memerlukan waktu yang lebih lama?
Indra: Tahun lalu anak-anak dapat tur, ke sekitar 40 titik. Turnya nyambung-nyambung dan melelahkan, akhirnya tertunda setengah tahun pengerjaannya, dan kalau tertunda setengah tahun belum produksi, berarti bisa tertundanya lebih lama dari itu.
Kenapa memilih lagu lawas “Sepanjang Jalan Kenangan” sebagai single pertama?
Indra: Jadi tarik undur 6-7 tahun yang lalu mungkin, dulu itu sempat kalau manggung diluar kota, lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” itu sering dijadiin opening track. Sebelum naik panggung, disetel CD-nya, tapi versi jadul gitu. Sudah lagu itu fade out, baru kami mulai. Selalu begitu. Dan sebenarnya momen satu dekade The Rain sih, akhir tahun lalu. Jadi liriknya itu kayak refleksi perjalanan kita.
Bagaimana The Rain melihat perjalanan karier selama satu dekade ini?
Indra: The Rain ini adalah band pop yang perjalanannya nggak pop [tertawa]. Ya, ada saatnya The Rain bisa menjadi sumber kehidupan, tapi mimpinya masih sama. Akhirnya kami sepakat, ini jadi duit atau nggak jadi duit pokoknya kami jalanin saja band ini. Kami bikin lagu, kami senang-senang disini, kami masih punya banyak fans yang mereka nggak pernah pergi, tetap nungguin dan tetap beli CD yang asli.
Menurut kalian, melihat industri musik Indonesia saat ini, masih ada harapan untuk The Rain?
Indra: Masih. Kalau media yang benar-benar men-Tuhan-kan rating, ya kami harus mawas diri. Ini bukan saatnya kami , bukan frekuensinya The Rain untuk sering nongol. Tapi pasti akan ada saatnya, dan media kan sekarang sudah banyak. Satu hal yang kami pelajari adalah, ternyata fans itu kalau dikaryakan bisa luar biasa. Misalnya kami menjaga hubungan baik dengan satu orang fan saja, dia itu bisa jadi marketer-nya band apa pun itu. Dia bisa kampanye dan jadi penggerak, dan itu terwujud di album ini. Bahkan yang promo itu ya, fansnya The Rain.
Apakah hujan benar-benar dekat hubungannya dengan The Rain?
Indra: Iya, itu pernah masuk media dan ternyata sempat beneran bikin banyak EO takut ngundang The Rain buat ngisi acara-acara.
Aang: Jadi spesialis indoor gitu kami jadinya.
Indra: Iya, pernah kami main di acara TV yang outdoor dan live, ternyata awalnya itu nggak hujan. Dan produsernya langsung nyambut, “Akhirnya The Rain main nggak hujan!,” gitu. Terus bandnya ganti-gantian waktu itu. Pas The Rain naik, langsung bleees, hujan. Dan habis itu, berbulan-bulan kami nggak ngomong dengan produser itu [tertawa].
Iwan: Sebenarnya kami nggak pesimis, sebenarnya kami juga sering main kepanasan kok. Tapi kami diliputnya pas lagi hujan-hujannya. Apes memang [tertawa].
View the original article here
0 comments:
Posting Komentar