Jakarta - Jika Anda seorang laki-laki, tidak akan mudah memalingkan pandangan ketika melihat para personel The Iron Maidens secara langsung. Dengan paras cantik nan seksi, kuintet asal Los Angeles, California yang merupakan band tribute untuk Iron Maiden tersebut dapat membuat semua pasang mata yang ada di sekitar tertuju kepada mereka. Setidaknya itulah yang terjadi di konferensi pers pada Selasa (3/4) petang lalu di Allegra Cafe, Epicentrum Walk, Jakarta. Para wartawan yang bertugas ketika itu langsung memasang wajah cengang saat vokalis Kirsten Rosenberg alias Bruce Chickinson, gitaris Nita Strauss alias Mega Murray dan Courtney Cox alias Adriana Smith, bassist Wanda Ortiz alias Steph Harris, serta drummer Linda McDonald alias Nikki McBurrain memasuki area konferensi pers.
Tak sedikit pula yang cepat-cepat menyiapkan kamera guna mengambil gambar para personel The Iron Maidens yang memang sedang berpakaian seksi. Kedatangan The Iron Maidens dapat terjadi berkat Blackrock Entertainment selaku promotor.
Selama di Indonesia, The Iron Maidens akan tampil di Rolling Stone Live Venue pada 5 April 2012, Liquid Lounge & Cafe, Yogyakarta pada 6 April 2012, serta di Boshe VVIP Lounge, Bali pada 7 April 2012. Tur mini The Iron Maidens di Indonesia ini diadakan bertepatan dengan ulang tahun ke-3 komunitas penggemar Iron Maiden di sini, Indonesian Troopers.
Beruntung Rolling Stone mendapat kesempatan untuk mewawancarai The Iron Maidens walau hanya lima belas menit. Berikut adalah hasil wawancara tersebut yang berkisar soal pengalaman mereka bertemu Iron Maiden asli, mantan personel yang memiliki darah Jawa, hingga pakaian mereka yang seksi.
Saya pernah membaca bahwa The Iron Maidens adalah satu-satunya band tribute Iron Maiden yang diakui Bruce Dickinson cs. Apakah itu benar?
Linda McDonald (LM): Sama sekali tidak! Jika Anda melihat situs resmi Iron Maiden, ada banyak sekali band tribute yang tercantum di sana. Ada ratusan band tribute Iron Maiden di dunia dan pihak Iron Maiden mengetahui cukup banyak soal eksistensi band-band tersebut. Dan kami merasa terhormat bahwa para personel Iron Maiden mengetahui keberadaan The Iron Maidens karena Steve Harris (bassis Iron Maiden) dan Bruce Dickinson (vokalis Iron Maiden) pernah menyaksikan penampilan kami. Bahkan Steve Harris menghampiri kami di belakang panggung seusai penampilan The Iron Maidens ketika itu dan kami sempat berbincang sedikit. Ia adalah pria yang sangat sangat manis. Namun ada banyak band tribute Iron Maiden yang diakui oleh band aslinya, kami bukan satu-satunya.
Courtney Cox (CC): Kami satu-satunya yang semua personelnya adalah wanita.
Bagaimana perasaan kalian ketika bertemu dengan Iron Maiden asli untuk pertama kalinya?
LM: [tertawa] Luar biasa! Ceritakan kisahmu, Wanda!
Wanda Ortiz (WO): Saya sangat gugup sekaligus bersemangat ketika bertemu Steve Harris untuk pertama kalinya. Apalagi saya mendapat tugas meminta tanda tangan para personel Iron Maiden untuk teman-teman saya. Untungnya, ia adalah pria yang sangat baik hati.
LM: Kibordis Iron Maiden, Michael Kenney, bahkan pernah menyiapkan pengaturan khusus agar kami dapat bertemu dengan versi asli dari orang-orang yang kami tampilkan di The Iron Maidens, misalnya saya bertemu dengan drummer Nicko McBrain, atau Kirsten Rosenberg bertemu dengan Bruce Dickinson. Michael meminta para personel Iron Maiden untuk keluar satu per satu dan membuat segalanya terkesan formal dan besar sementara saya berpikir: ‘Ayo, langsung keluarkan saja semuanya!’ Saya merasa malu dengan diri saya sendiri ketika itu [tertawa].
WO: Iya, kami bahkan menyiapkan gift basket untuk mereka lengkap dengan biskuit di dalamnya [tertawa].
Kalian memiliki latar belakang musik yang luas dari orkestra dan drama musikal hingga blues dan rock, bagaimana kalian menemukan satu sama lain?
Kirsten Rosenberg (KR): Saya menemukan band ini di Internet! Saya sangat kagum ketika itu karena saya adalah penggemar berat Iron Maiden. Saya sendiri sedang berstatus sebagai vokalis band tribute lain dan kami juga membawakan beberapa lagu Iron Maiden, tetapi ketika menemukan The Iron Maidens untuk pertama kalinya, saya berkata: ‘Oh my God, apa yang mereka lakukan sangatlah luar biasa! Saya mau turut melakukan itu, saya mau bergabung dengan band itu!’ Saya pun mendaftarkan diri ketika The Iron Maidens mengumumkan bahwa mereka sedang mencari vokalis dan inilah saya! Terima kasih kepada Internet. [tertawa]
WO: Jika ditarik mundur lebih jauh, kami menemukan satu sama lain melalui teman. Kami sudah saling kenal karena dikenalkan teman. Ketika itu sudah ada banyak band tribute yang semua personelnya wanita, tetapi tidak ada yang membawakan lagu-lagu semenarik dan serumit Iron Maiden; dan Iron Maiden adalah band kegemaran kami semua. Why the hell not? Kami pun memutuskan untuk membawakan lagu-lagu Iron Maiden dan berpenampilan seperti mereka ketika tampil. The Iron Maidens dimaksudkan untuk menjadi sebuah proyek senang-senang, kami tidak pernah membayangkan bahwa The Iron Maidens akan berkesempatan untuk menjalankan tur.
LM: Ya, kami tidak pernah mengantisipasi bahwa sepuluh tahun kemudian kami masih melakukan hal ini.
WO: Tiba-tiba orang mulai menelepon untuk meminta kami menjalankan konser, dan kini The Iron Maidens membuat kami cukup sibuk.
Mantan gitaris kalian, Josephine Draven, memiliki darah Indonesia. Bagaimana kalian menemukannya?
LM: Ya, ia lahir di Pulau Jawa! Saya pertama kali bertemu dengan Josephine ketika Phantom Blue, band lama saya, sedang mencari gitaris. Ketika itu ia bekerja di Musicians Institute, Hollywood. Ia ikut audisi dan kemudian diterima. Josephine adalah gitaris yang hebat.
Kini ia tercatat sebagai gitaris Blue Man Group di Las Vegas. Kalian turut bangga dengan itu?
LM: Tentu saja, saya pun ingin bermain dengan Blue Man Group! Holy shit!
CC: Selain itu, ia juga menggarap soundtrack untuk sejumlah film horror, terutama garapan sutradara independen Danny Draven. Josephine adalah wanita yang sangat berbakat.
Apa yang membuat susunan personel The Iron Maidens terus berganti?
LM: You know what, life goes on. Selalu ada perubahan. Walaupun tidak semua dari kami menganggap The Iron Maidens sebagai pekerjaan full-time, tetapi proyek ini ada di posisi paling atas dalam hidup kami. Dan merupakan hal sulit untuk menemukan orang yang memiliki talenta serta fokus luar biasa untuk melakukan ini.
Kalian masih berkomunikasi dengan para mantan personel?
LM: Ya, dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang baik, ada yang buruk. [tertawa]
CC: Ingat, life goes on!
[semua tertawa]
Ceritakan tentang maskot kalian, Edwina T. Head. Siapa yang merancangnya?
WO: Derek Riggs adalah orangnya. Ia jugalah yang menciptakan Eddie the Head, maskot asli Iron Maiden. Mulai dari nama sampai desain, Derek-lah yang bertanggung jawab.
Bagaimana kehidupan rock n’ roll di sebuah band tribute?
Nikki Strauss (NS): Luar biasa!
CC: It’s a trip!
LM: Sangat menyenangkan!
KR: Kami diwawancarai oleh Rolling Stone dan kami adalah sebuah band tribute. There you go.
Apakah jargon ‘sex, drugs, and rock n’ roll’ hidup dengan nyaman di sebuah band tribute?
CC: Totally.
LM: Kau tahu, ini adalah mile high club (bahasa slang untuk mendeskripsikan orang-orang yang berhubungan seks di dalam pesawat terbang) dan kami sedang ada di Jakarta! [tertawa]
Band tribute masih sering diremehkan oleh penikmat musik di seluruh dunia, apa tanggapan kalian mengenai fenomena itu?
WO: Kami tahu bahwa lagu-lagu yang kami bawakan bukanlah milik kami, tetapi lagu-lagu tersebut sangatlah menginspirasi kami. Dan sebagai bukti, apa yang tadinya hanya merupakan sebuah proyek senang-senang sebagai hobi telah berhasil bertahan hingga sepuluh tahun. Orang-orang terus meminta kami untuk tampil. Lagipula jika mau membandingkan, sirkuit musik klasik pun tak lepas dari cover dan tribute. Kapan Anda pernah mendengar adanya ‘The New Beethoven’? Tidak ada lagu baru yang dihasilkan dari wilayah musik klasik. Saya benar-benar tidak paham kenapa membawakan lagu orang di band rock adalah sesuatu yang salah, sementara sebagai musisi klasik Anda akan dipuji habis-habisan walaupun memainkan komposisi garapan orang lain.
NS: Saya mencintai band orisinil yang saya perkuat sebesar rasa cinta saya terhadap keluarga saya, tetapi berada di The Iron Maidens adalah sebuah pengalaman yang berbeda. Berada di band orisinil berarti tanggung jawab yang lebih besar, tetapi di The Iron Maidens penonton lebih hafal lirik lagu yang kami bawakan dibanding saya sendiri. Itu adalah perasaan terbaik di dunia.
Kalian dikenal atas pakaian yang seksi, apakah itu membantu The Iron Maidens dalam menjadi lebih tenar?
WO: Yes.
(semua tertawa)
CC: Musik tetap berada di posisi paling atas.
LM: Jika Anda bisa bermain musik dengan bagus dan Anda mau menghias imej Anda dengan sesuatu yang eye-candy, itu tidak masalah!
KR: Ini memang sex appeal, tapi The Iron Maidens juga memiliki kemampuan musikal yang luar biasa.
LM: Kami tidak akan berciuman satu sama lain di atas panggung, kami tidak akan bertelanjang dada, kami hanya berusaha menginterpretasi ulang the Iron Maiden experience.
CC: Kami wanita dan wanita memiliki hak untuk terlihat seksi.
Apakah kalian sering digoda para lelaki?
NS: Setiap waktu.
LM: Oh ya?
NS: Iya, coba saja lihat komentar-komentar di YouTube dan Blabbermouth.
CC: Well, mungkin mereka hanya sekumpulan perjaka berumur 40 tahun.
(RS/RS)
View the original article here
0 comments:
Posting Komentar