Hal tersebut diumumkan sendiri oleh Saint Loco dalam sebuah jumpa pers di Score, Citos, Jakarta Jum’at (20/4) kemarin. Menurut para personel, yang kini tinggal lima orang pasca keluarnya Tius (DJ, drums) dan kembali masuknya Nyong Webster (drum), jeda waktu yang lama antara album kedua dan ketiga disebabkan oleh banyaknya kendala internal yang mereka alami dalam kurun waktu itu.
“Momentum ini sebenarnya udah kami persiapkan dari tahun 2008, itu sudah kami bikin materinya. Lalu terjadi banyak hal kayak Nyong kecelakaan, terus ada masalah dengan manajemen dan label. Itu yang membuat kami kadang-kadang sempat berpikir bahwa, ‘apa kami harus berhenti karier di musik ya?’,” jelas pemain bass Gilbert.
Akhirnya pertemuan Saint Loco dengan label baru mereka, Nagaswara di tahun 2010 seakan membawa angin segar bagi band yang sudah berumur sepuluh tahun ini untuk segera merilisnya ke publik. Hingga akhirnya Momentum pun hadir di awal tahun ini.
“Tentang lagu, memang dari 2008, pas Saint Loco kehilangan Nyonk, yang resign karena harus recovery penuh akibat kecelakaan di akhir 2007, kami sudah nyiapin hampir sepuluh lagu untuk dirilis, tapi nggak rilis-rilis,” ungkap vokalis Joe Tirta menceritakan bagaimana proses terjadinya materi-materi di album Momentum.
Ia pun melanjutkan, “Hingga Tius resign September 2010, terus Nyonk gabung lagi November, Desember 2010 kami langsung melakukan karantina diri di Puncak, Bogor dapat enam lagu baru fresh from the oven dan kemudian kami langsung gabungkan dengan materi sebelumnya. Total jadi sebelas lagu dengan materi-materi yang lama kami aransemen ulang.”
Mengenai materi album, Saint Loco menyatakan bahwa Momentum jauh berbeda dengan dua album sebelumnya. Jika di album pertama dan kedua lagu-lagu mereka banyak memiliki muatan lirik berbahasa Inggris, di album ketiga justru banyak didominasi lagu-lagu berbahasa Indonesia.
Meskipun lima tahun tidak merilis album penuh bukan berarti Saint Loco nihil karya. Pertengahan 2008, Joe dan kawan-kawan sempat mendapat kesempatan berkolaborasi dengan band-band se-Asia tenggara di bawah bendera Project E.A.R (East Asian Revolution).
Proyek ini pun lantas menelurkan dua buah single “Marahabaya” dan “South East A”. Tak lama setelah menyelesaikan proyek regional itu, Saint Loco juga sempat merilis sebuah single berjudul “Santai Saja” yang cukup sukses mondar-mandir di tangga lagu berbagai radio dan acara musik di televisi.
(RS/RS)
0 comments:
Posting Komentar